Biasanya intervensi menggunakan cadangan devisa, dimana cadangan devisa sekarang tercatat sekitar USD 112 miliar, cukup untuk mengintervensi sekitar tiga bulan jika masih terjadi gejolak.Kejadian ini bisa dikategorikan bukan semata-mata karena menjelang kenaikan harga BBM Bersubsidi. Namun kita harus melihat apakah dengan jebolnya kembali nilai rupiah terhadap mata uang asing sebagai dampak dari sentimen global atau terjadinya in-efisiensi dalam perekonomian domestik?Nilai rupiah yang berubah-ubah tidak stabil akan sangat mempengaruhi ekonomi makro Indonesia. Secara garis besar ada tiga variabel yang mempengaruhi ekonomi makro Indonesia yaitu, variabel yang pertama berhubungan dengan nilai tukar rupiah berupa nilai keseimbangan permintaan dan penawaran terhadap mata uang dalam negeri maupun mata uang asing.Merosotnya nilai tukar rupiah merefleksikan menurunnya permintaan masyarakat terhadap mata uang rupiah karena menurunnya peran perekonomian nasional atau karena meningkatnya permintaan mata uang asing sebagai alat pembayaran internasional. Dampak yang akan terjadi adalah meningkatnya biaya impor bahan bahan baku.
Variabel yang kedua adalah tingkat suku bunga, dimana akan terjadi meningkatnya nilai suku bunga perbankan yang akan berdampak pada perubahan investasi di Indonesia.Sedangkan variabel yang ketiga adalah terjadinya Inflasi, meningkatnya harga-harga secara umum dan kontinu, akibat komsumsi masyarakat yang meningkat, dan berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi dan spekulasi.Terlebih lagi akibat lambatnya pengumuman penaikan harga BBM bersubsidi memberikan dampak psikologis terhadap pasar dan membuat defisit APBN semakin besar.Pelemahan nilai tukar rupiah juga dipicu oleh naiknya impor BBM yang dilakukan oleh Pertamina. Impor BBM yang besar membuat neraca perdagangan defisit dan menekan kebutuhan valuta asing di dalam negeri.Faktor lainnya yang mempengaruhi adalah ekonomi dunia yang memburuk yang membuat saham di bursa dijual.Untuk meredam kuatnya tekanan depresiasi rupiah selama triwulan pertama tahun 2013, Bank Indonesia memutuskan untuk mengambil alih penyediaan sebagian besar kebutuhan valas untuk pembayaran impor minyak dari perbankan domestik.Semoga semua pihak tidak panik dalam menghadapi fluktuasi nilai tukar rupiah tersebut sambil menunggu kebijakan pemerintah dalam penyesuaian harga BBM bersubsidi dan langkah strategis lainnya untuk menjaga stabilitas perekonomian Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar