Rabu, 05 Juni 2013

DSLR

SLR adalah kependekan dari Digital Single lens Reflex. Dalam bahasa yang gampang, DSLR adalah kamera yang memanfaatkan cermin untuk mengarahkan cahaya dari lensa ke viewfinder. Viewfinder adalah lobang kecil dibelakang kamera tempat kita mengintip obyek foto. Kok ada kata single dalam kepanjangan DSLR, emang ada yang double? ada, namanya kamera TLR alias twin lens reflex, TLR adalah teknologi yang hampir punah
·         Berikut bagian-bagiannya:
·         Lensa
·         Cermin Pantul (reflex mirror)
·         Shutter
·         Sensor
·         Layar focusing
·         Lensa condenser
·         Pentaprisma
·         Viewfinder
Bagaimana cara kerja kamera DSLR
Secara keseluruhan proses kerja kamera DSLR terjadi sangat singkat, namun demi gampangnya coba kita pisah menjadi 3 tahap:
·         Saat kita mengintip
Di lobang viewfinder dibelakang kamera, apapaun yang kelihatan disitu adalah apa yang kan menjadi hasil akhir foto. Pantulan cahaya dari obyek foto masuk melewati lensa lalu menuju cermin pantul yang kemudian memantulkan cahaya tersebut ke pentaprisma. Pentaprisma mengubah cahaya vertikal ke horisontal dengan mengarahkan cahaya menuju dua cermin terpisah, lalu masuk ke viewfinder
·         Saat kita memotret
Cermin pantul/reflex mirror berayun keatas dan membiarkan cahaya terus maju dengan lurus. Shutter kemudian membuka sehingga cahaya tadi masuk ke sensor digital . Shutter tetap akan terbuka selama waktu shutter speed yang ditentukan dan sensor akan terus merekan informasi cahaya. Kalau sudah selesai, maka reflex mirror akan kembali ke posisi awal sehingga cahaya dari lensa akan terpantul keatas dan kembali muncul di viewfinder.
·         Proses ketiga
Adalah proses yang terjadi di sensor digital dimana gambar diolah oleh komputer (processor) didalam kamera. Processor akan mengambil informasi yang terekam di sensor, mengubahnya menjadi menjadi format yang sesuai lalu menuliskannya ke dalam memory card.

keseluruhan proses diatas hanya terjadi dalam sepersekian detik, kecuali jika anda memotret bulb, bahkan kamera DSLR kelas atas bisa menyelesaikan 11 proses diatas secara beruntun dalam waktu satu detik.

Resensi Dan contohnya

Resensi /résénsi/ n menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah pertimbangan atau pembiRcaraan tentang buku; ulasan buku
Sedangkan kata "mengulas" itu sendiri mempunyai arti memberkan penjelasan dan komentar; menafsirkan (penerangan lanjut, pendapat, dsb); mempelajari (menyelidiki) dan kata "ulasan" n mempunyai arti kupasan; tafsiran; komentar: 
Resensi berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata kerja revidere atau recensere. Artinya melihat kembali, menimbang, atau menilai. Arti yang sama untuk istilah itu dalam bahasa Belanda dikenal dengan recensie, sedangkan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah review. Tiga istilah itu mengacu pada hal yang sama, yakni mengulas buku.
Tindakan meresensi dapat berarti memberikan penilaian, mengungkap kembali isi buku, membahas, atau mengkritik buku. Dengan pengertian yang cukup luas itu, maksud ditulisnya resensi buku tentu menginformasikan isi buku kepada masyarakat luas
Secara singkat, resensi ialah suatu tulisan atau ulasan mengenai nilai sebuah hasil karya. Tujuan resensi adalah menyampaikan kepada para pembaca apakah sebuah buku atau hasil karya itu patut mendapat sambutan dari masyarakat atau tidak.
Lebih detil lagi, tujuan resensi adalah:
Memberikan informasi atau pemahaman yang komprehensif (mendalam) tentang apa yang tampak dan terungkap dalam sebuah buku. Mengajak pembaca untuk memikirkan, merenungkan, dan mendiskusikan lebih jauh fenomena atau problema yang muncul dalam sebuah buku. Memberikan pertimbangan kepada pembaca apakah buku itu pantas mendapat sambutan dari masyarakat atau tidak. Setelah mengetahui definisi serta tujuan dari resensi yang dibuat oleh resentator, kira-kira unsur apa saja yang terkandung di dalam sebuah resensi?


unsur-unsur resensi adalah sebagai berikut:
·                Membuat judul resensi

Judul resensi yang menarik dan benar-benar menjiwai seluruh tulisan atau inti tulisan, tidakharus ditetapkan terlebih dahulu. Judul dapat dibuat sesudah resensi selesai. Yang perlu diingat, judul resensi selaras dengan keseluruhan isi resensi.
·                Menyusun data buku
Data buku biasanya disusun sebagai berikut:
1.      Judul buku
2.      Pengarang
3.      Penerbit
4.      Tebal buku
5.      Harga buku
·                Membuat pembukaan

1.      Pembukaan dapat dimulai dengan hal-hal berikut ini
2.      Memperkenalkan siapa pengarangnya, karyanya berbentuk apa saja, dan prestasi apa saja yang diperoleh;
3.      Membandingkan dengan buku sejenis yang sudah ditulis, baik oleh pengarang sendiri maupun oleh pengarang lain;
4.      Memaparkan kekhasan atau sosok pengarang;
5.      Memaparkan keunikan buku;
6.      Merumuskan tema buku;
7.      Mengungkapkan kritik terhadap kelemahan buku;
8.      Mengungkapkan kesan terhadap buku;
9.      Memperkenalkan penerbit;
10.  Mengajukan pertanyaan;
11.  Membuka dialog.

·                  Tubuh atau isi pernyataan resensi buku

1.    sinopsis atau isi buku secara bernas dan kronologis;
2.    ulasan singkat buku dengan kutipan secukupnya;
3.     keunggulan buku;
4.     kelemahan buku;
5.     rumusan kerangka buku;
6.     tinjauan bahasa (mudah atau berbelit-belit)
7.    adanya kesalahan cetakan
Setelah mengetahui unsur-unsur yang harus dipertimbangkan dan mengadakan pertimbangan-pertimbangan, selanjutnya mengadakan penilaian. Menilai bertujuan untuk menunjukkan kekurangan-kekurangan atau kelebihan-kelebihan buku itu dengan penuh tanggung jawab. Di sini tugas pokok penulis resensi adalah memberitahukan kepada para pembaca bahwa buku itu boleh atau pantas dibaca oleh siapa dan kalangan mana. Pernyataan terkait resensi tersebut harus didasari oleh kriteria-kriteria dan pendapat-pendapat yang masuk akal dan dapat diterima oleh orang banyak.


Judul buku                  : Dealova
Jenis buku                   : Novel Teen Lit
Pengarang                   : Dyan Nuranindya
Penerbit                       : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit                 : 2004
Jumlah halaman            : 303 halaman
Tentang penulis           :
Dyan Nuranindya lahir di Jakarta, 14 Desember 1985, anak terakhir dari dua bersaudara. Dyan yang lebih akrab disapa "Dichiel (Dyan Kecil) oleh teman-teman sekolahnya ini tidak pernah terpikir untuk menjadi penulis. Baginya, menulis merupakan bakat yang terpendam, tapi ternyata sekarang berhasil dia temukan. Sebenarnya hobinya adalah menggambar. Tidak heran Dyan pernah menyabet Juara I Lomba Poster sewaktu SMP dan memperoleh beberapa penghargaan. Berbagai kegiatan pernah digelutinya. Mulai dari dunia tarik suara sampai pecinta alam yang membuatnya menyukai dunia panjat tebing.
Sinopsis                       :
            Novel ini menceritakan tentang seorang gadis yang duduk di bangku SMA yang bernama Karra. Karra cewek tomboi yang jago main basket. Rambutnya yang nggak cepak seperti kebanyakan cewek tomboi, tampangnya manis dan santai. Namun dia anaknya pemarah. Beruntung menjadi cewek seperti Karra. Selain punya kakak cowok yang sayang banget sama dia, namanya Iraz.
Teman-teman Iraz juga care sama dia. Terutama ibel, cowok jago main gitar yang seneng warna biru. Bahkan waktu harus kuliah ke luar negeri, Iraz malah menitipkan Karra pada Ibel. Selama ini Karra menganggap Ibel sebagai kakak, jadi dia cuek saat ibel menunjukkan perhatiannya.
Karra ditaksir anak baru di sekolah yang jago main basket, bernama Dira.  Tampang dira yang sok cool tapi sengak bikin Karra sebel banget sama cowok itu. Bahkan Karra sempat membenci sifat Dira yang seenaknya sendiri. Namun, seiring dengan berjalannya waktu. Benci itu berubah menjadi cinta. Tetapi disaat cinta itu mulai berkembang, ternyata Dira harus meninggalkan Karra untuk selamanya. Karra yang sedih dan kesepian mulai merasakan perhatian dari Ibel dan dia pun akhirnya sadar kalau Ibel sangat perhatian kepadanya. Karra pun jatuh cinta pada Ibel, dan mereka saling mencintai.

Sasaran                          :
Novel ini ditujukkan bagi para pembaca yang masih remaja. Karena novel ini menceritakan kehidupan gadis remaja.


DSLT

DSLT (Digital Single-Lens Transculent) merupakan teknologi imaging yang sudah dikembangkan sejak lama, teknologi ini pernah digunakan oleh Canon pada tahun 1960-an, namun di era sekarang teknologi DSLT saat  ini dikembangkan oleh SONY dengan kamera DSLT nya, yakni SONY Alpha. Dan untuk saat ini seluruh kamera Alpha (non-mirroless) menggunakan teknologi DSLT, bukan DSLR lagi. Tak heran apabila DSLT menjadi hak milik dari perusahaan SONY itulah mengapa anda tidak akan menemukan kamera DSLT selain SONY Alpha
Teknologi DSLT diklaim oleh SONY lebih baik dibandingkan teknologi DSLR, hal ini dikarenakan teknologi DSLT dapat menentukan fokus dan membidik foto lebih cepat, hal ini dikarenakan teknologi DSLT tidak seperti DSLR yang menggeser cermin ketika menangkap foto, sehingga tidak ada pergeseran cermin. Hal ini menguntungkan sehingga kecepatan menangkap gambar (dengan satuan fps) lebih cepat, untuk kamera SONY sendiri, SONY Alpha 77 menjadi kamera tercepat  dalam kelas proffesional dengan kecepatan 12 fps, sedangkan kamera alpha lainnya dapat menangkap 10 fps, walaupun hanya 10 fps, ini dapat dikatakan lebih cepat dibandingkan kamera lainnya yang menggunakan teknologi DSLR
Teknologi DSLT ini tak hanya berpengaruh pada kecepatan saja, namun pada viewfinder juga, dengan menggunakan cermin semi transparan, viewfinder tidak akan lagi mengalami kedipan saat memotret objek, ditambah lagi SONY memanfaatkan teknologi ini dengan menyajikan tampilan OLED dengan definisi yang tinggi, dan ini pertama kalinya fiewfinder dengan teknologi OLED dan SONY menyebutnya True Fiewfinder, hal ini berguna bagi pengguna sehingga dapat melihat gambar dengan kualitas tinggi sekaligus mengatur kamera langsung pada viewfinder.
Teknologi DSLT telah diterapkan pada kamera profesional dengan teknologi Full Frame, kamera SONY yang menggunakan teknologi full frame sekaligus DSLT adalah SONY Alpha 99, keunggulan teknologi full frame adalah penangkapan cahaya saat gelap yang lebih baik, fokus yang lebih baik serta dapat menangkap objek lebih luas. Hal ini menjadikan pembeda antara SONY Alpha 99 dengan kamera full frame lainnya, dimana kamera lain masih menggunakan teknologi DSLR, SONY Alpha 99 sudah menggunakan teknologi DSLT, dan ini menjadi kelebihan SONY disektor kecepatan kamera
Teknologi DSLT tidak menjamin kualitas foto membaik, teknologi ini hanya berpengaruh pada kualitas fokus yang lebih baik, dan ukuran kamera yang lebih kecil, ha lini dikarenakan semakin berkurangnya penggunaan cermin pada kamera, namun SONY sudah berpengalaman dalam digital imaging, sehingga kualitas foto pun dapat dikatakan sangat baik, SONY menggunakan teknologi Exmor HD, dan prosessor BionZ sehingga membuat kamera dapat menangkap cahaya lebih baik, dan prosessor BionZ membuat kamera lebih cepat sehingga mebantu membuat tidak ada lag ketika menangkap objek.

Teknologi DSLT ini membuat kamera menjadi full electronic atay serba elektronik, segalanya dapat diatur dengan mudah, hal ini sangat menguntungkan sehingga kualitas foto dapat ditentukan oleh pengguna, namun imbasnya adalah kamera DSLT menguras baterai lebih boros, sehingga siap siap untuk membawa charger untuk berpergian, untuk kamera non full frame dapat memfoto sekitar 700 - 790 foto sekali charge, sedangkan full frame, seperti SONY Alpha 99, hanya dapat mem foto 410 foto sekali charge, walaupun begitu hal ini sebanding dengan kualitas dan kelebihan yang ada di DSLT. Untuk lebih lengkap tentang DSLT, bisa melihat video di atas. Dan kamera dengan teknologi DSLT, adalah SONY Alpha 37, SONY Alpha 58, SONY Alpha 65, SONY Alpha 77, SONY Alpha 99.

Arsip Blog